Lini masa Twitter belakangan ini telah terpenuhi oleh sebuah gerakan online yang kita kenal dengan nama Julid Fi Sabilillah. Gerakan ini tak hanya menarik perhatian netizen di Indonesia, tetapi juga di Malaysia. Namun, apa sebenarnya tujuan serta esensi dari gerakan ini?
Pendekatan dan Rencana Gerakan
Julid Fi Sabilillah adalah sebuah inisiatif yang oleh netizen Indonesia dan Malaysia lakukan untuk melawan Zionis dan Israel di dunia maya. Erlangga Greschinov, yang dikenal sebagai Komandan Satuan Operasi Khusus Netizen Julid Anti-Israel, menjelaskan mengenai gerakan ini melalui akun resminya di media sosial. Dalam penjelasannya, Greschinov menegaskan bahwa gerakan ini bukanlah menyerang orang Yahudi, melainkan memfokuskan perlawanan terhadap Zionis dan Israel. “Ingat, kita memerangi Zionis dan Israel, bukan orang Yahudi,” tegasnya dalam akun tersebut.
Tujuan dan Metode Perlawanan
Dalam upaya untuk memberikan arah yang jelas bagi gerakan ini, tujuh teknis utama terbagikan oleh Greschinov kepada para pendukung Julid Fi Sabilillah. Salah satu tujuan utama gerakan ini adalah untuk melawan propaganda Zionis serta memperkuat narasi pro-Palestina di ranah media sosial. Gerakan ini secara spesifik juga menargetkan tentara dan aparat kepolisian Israel, serta individu atau kelompok dengan narasi anti-Palestina.
Taktik yang Diterapkan
Dalam menjalankan gerakan ini, Greschinov menjelaskan beberapa taktik yang oleh netizen gunakan yang terlibat di berbagai platform media sosial. Salah satunya adalah dengan memberikan counter-narratives yang bersifat persuasif hingga melakukan trolling. Netizen juga melakukan serangan terhadap akun tentara, polisi, dan warga Israel di platform tertentu sebagai langkah dukungan terhadap Palestina.
Alasan Dibalik Aksi Online
Greschinov menjelaskan bahwa gerakan ini latarbelakangnya adalah rasa prihatin terhadap situasi di Palestina yang terus menerus mengalami penindasan. “Kami merasa tidak bisa melakukan langkah pencegahan apapun, baik secara diplomatik maupun dengan cara lainnya, karena Palestina berada jauh di sana dan penjajahan terus berlangsung,” ujarnya, menurut laporan dari Detik.com.
Upaya Menggugah Kesadaran
Tak hanya berfokus pada serangan terhadap individu atau kelompok tertentu, gerakan ini juga berupaya untuk menggugah kesadaran dengan menjatuhkan moral tentara Israel di platform media sosial. Menurut Greschinov, hal ini merupakan salah satu cara yang muncul sebagai upaya dalam gerakan ini.
Isu Moralitas dalam Perlawanan
Aksi-aksi yang netizen lakukan ini seolah merupakan bentuk protes terhadap moralitas tentara Israel. Dengan menggunakan media sosial sebagai arena perlawanan, mereka mencoba menyuarakan ketidaksetujuan dan perlawanan atas apa yang mereka anggap sebagai penindasan terhadap Palestina.
Implikasi dan Kontroversi Gerakan
Tentu saja, gerakan ini tidak lepas dari kontroversi dan implikasi yang timbul. Di tengah arus informasi yang kini lebih terbuka, upaya-upaya semacam ini bisa menciptakan ketegangan antar komunitas serta menimbulkan polemik mengenai etika dan dampak dari aksi-aksi yang mereka lakukan secara daring.
Gerakan Julid Fi Sabilillah menjadi contoh nyata bagaimana media sosial kini menjadi medan pertempuran opini yang tidak terbatas. Meski berusaha melawan ketidakadilan, namun tetap perlu adanya kesadaran akan batas-batas yang tidak boleh terlanggar dalam melakukan perlawanan. Terutama di dunia maya yang rawan akan eskalasi konflik.